Thu. Sep 21st, 2023

Kepemilikan atas barang mewah menjadi cara seseorang menunjukkan statusnya di masyarakat. Benda-benda mahal menjadi penanda kelas sosial dalam pergaulan. Lingkaran pertemanan mereka terangkat.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Rissalwan Habdy Lubis menuturkan, orang kaya butuh semacam token atau simbol sebagai penanda. Macam-macam bentuknya. Seperti liburan ke luar negeri. Hanya orang-orang berduit yang bisa melakukan itu.

“Travelling atau healing. Ketika bisa berfoto di depan menara Eiffel misalnya, itu tokennya dia. Token dalam tanda kutip ikon, pencapaian atau status,” ujarnya ketika dihubungi merdeka.com.

Bentuk lainnya adalah kepemilikan motor gede. Menurut Rissalwan, punya Harley Davidson rasanya berbeda dengan motor biasa. Ada juga yang lebih suka memiliki senjata api. Sementara orang kaya lainnya lebih bangga saat punya kendaraan yang memiliki pelat dinas khusus TNI dan Polri.

“Jadi ada berbagai macam cara untuk dia menunjukkan ada dalam status sosial tertentu,” ujar Rissalwan.

Kepemilikan atas barang-barang itu di sisi lain menjadi ‘modal sosial’ sang empu untuk menunjukkan bahwa mereka berada dalam status sosial tertentu. Pemilik Harley Davidson, lanjut Rissalwan, biasanya berkomunitas, tergabung dalam sebuah klub.

“Ketika dia berkelompok, melalui kelompok itu dia ingin menunjukkan bahwa dia dalam suatu posisi sosial tertentu,” ujarnya.

Orang kaya, kata Rissalwan, butuh pengakuan, terutama dari kalangan mereka. Membeli barang-barang mewah dilakukan bukan karena kebutuhan atas fungsi barang itu. Pada kondisi tertentu, keinginan mendapat pengakuan itu berubah menjadi kompetisi sosial. Selalu ada upaya dan keinginan agar mereka mencapai puncak dalam lingkungan pertemanan mereka.

“Orang kan butuh pengakuan ya dari sesama orang kaya. Dia kan mau kelihatan lebih kaya dibandingkan yang lain. Dan itu nature, alamiah. Ada persaingan karena manusia itu makhluk sosial yang berkompetisi juga,” jelasnya.

Baca Juga :
Jasa Pbn Premium
Jasa Pbn Berkualitas
Jasa Pbn

Dalam aspek lain, orang kaya juga butuh kegiatan yang memicu adrenalin. Di Amerika atau Eropa, orang-orang kaya punya hobi berburu. Sementara di Indonesia, membeli Harley Davidson atau moge, menjadi penyaluran hobi dan memperluas pergaulan.

Rissalwan menyebut, seorang pejabat atau pengusaha tentu akan memperhitungkan apa manfaatnya bagi dia dan karier dia saat bergabung dengan klub moge. Siapa saja anggota dalam klub itu. Apalagi, di Indonesia, banyak petinggi negara dari sipil dan TNI/Polri yang jadi ketua hingga pembina klub moge.

“Semua orang berpikir, masuk ke situ akan membuat dia terhubungkan dengan jejaring yang lain dan kepentingan yang lebih besar. Jadi ada motif politik mungkin di belakang masuk ke dalam kelompok tertentu yang menunjukkan mereka punya identitas sosial ekonomi di atas rata-rata,” paparnya.

Contoh lainnya adalah olahraga golf. “Yang penting dia beli stiknya, satu stik harganya bisa belasan juta. Sekali lagi itu gaya hidup, dengan main golf dia bisa berkomunikasi dengan orang-orang tertentu dalam grup tertentu,” pungkasnya.

Passion Bukan Gaya-gayaan

Imam Syafei, Humas Pengurus Pusat Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) menyebut, saat ini ada 4.000 anggotanya tersebar di seluruh Indonesia. Mereka berasal dari berbagai kalangan.

Syarat menjadi anggota HDCI, kata Imam, harus punya motor Harley Davidson, punya SIM, mendaftar, dan yang paling penting ikut pelatihan safety riding

Terkait motor bodong anggotanya, Imam mengaku, saat pendaftaran, kelengkapan surat yang diperiksa hanya SIM dan STNK. “Kita enggak periksa sampai BPKB,” ujarnya.

Kesan arogan tidak bisa dihindari, ujar Imam. Dengan dimensi motor yang besar, suara knalpot yang keras, motor Harley Davidson dalam keadaan diam saja akan terlihat arogan.

“Ya sensasinya memang terasa gagah di jalan. Karena ya postur motor yang besar, suara yang menggelegar, dan tarikan yang kencang. Dan memang sangat nyaman untuk touring jarak jauh,” ujarnya.

Baca Juga :
Jual Saldo Paypal
Jual Beli Saldo Paypal
Saldo Paypal Terpercaya

Memiliki Harley Davidson, lanjut Imam, bukan semata-mata untuk menunjukkan status sang pemilik. Seseorang harus punya passion dan hobi.

“Punya HD juga bukan perkara mudah, motornya berat, panas sekali, dan mengendarainya tidak gampang. Ini bukan masalah kaya-miskin, tapi memang passion untuk naik motor ini enggak semua orang punya,” tukasnya.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *